Kamis, 21 Mei 2020

INI ADALAH SAYA MELANESIA; Siapa Anda untuk menilai?


Ini adalah saya Melanesia, di mana cita-cita & praksis kami lebih konservatif yang mempertahankan tingkat moralitas tertinggi. Kami menghargai kode etik kami sebagai ukuran integritas daripada menekankan pada nilai-nilai materialistis.

Ini adalah saya Melanesia, tempat kami menghargai prinsip-prinsip etika seperti menghargai lebih dari kepemilikan kekayaan. Jika Anda lebih tertarik pada minyak & gas, Anda bisa pergi & tinggal di Dubai.

Ini adalah saya Melanesia, tempat kami mengalokasikan tugas kepada anak-anak kami sebagai ukuran tanggung jawab sosial. Jika Anda menyebutnya pelecehan anak, Anda dapat pergi & membesarkan anak Anda di Australia, tempat IQ Akademik lebih dihargai daripada IQ moral.

Ini adalah saya Melanesia, tempat kami mengukur kesetaraan laki-laki & perempuan berdasarkan distribusi peran, di mana setiap gender memahami deskripsi pekerjaan mereka sebagai penjaga masyarakat yang dihormati. Jika Anda ingin kesetaraan gender diukur berdasarkan posisi keuangan, Anda bisa mempromosikannya di Inggris.

Ini adalah saya Melanesia, di mana kami memiliki kode berpakaian konservatif ketika bergerak di depan umum. Jika Anda berpikir bahwa desain pakaian kami sudah ketinggalan zaman, Anda dapat pergi & bersaing di jalanan mode Paris.

Ini adalah saya Melanesia, tempat kami menghargai hasil kebun. Jika Anda pikir itu adalah seorang pria kaikai, Anda dapat pergi ke Asia & menikmati Sushi Cina.

Ini adalah saya Melanesia, di mana pertempuran suku merupakan platform Alternatif Penyelesaian Sengketa. Jika Anda menyebutnya primitif, maka Anda dapat pergi & tinggal di Swiss, di mana ada kedamaian relatif.

Ini adalah saya Melanesia, di mana keluarga besar merupakan simbol pertanggungjawaban moral. Jika Anda tidak menerima ideal ini, Anda dapat pergi & menyewa penthouse di New York & hidup dalam kenyamanan & gaya.

Ini adalah saya Melanesia, tempat kami mengukur seseorang berdasarkan Pasin mereka & tidak di rekening bank mereka. Jika Anda menggunakan definisi taipan berarti seseorang yang kaya raya, Anda bisa menggunakannya di Las Vegas, tempat Anda akan menemukan semua karakter kaya di sana.

Anda tidak dapat membandingkan Melanesia saya dengan gaya hidup fanatik Anda. Melanesia memiliki masalah & tantangan tersendiri sebagai masyarakat yang berkembang. Siapa yang membuat Anda menilai untuk membandingkan & kontras gaya hidup saya dengan standar Anda? Seberapa universal & relevan standar Anda dengan konteks Melanesia saya? Anda dapat tinggal di hotel bintang lima di salah satu hotel paling mewah di planet ini sementara saya tinggal di rumah saya honai dan para".

Pada akhir hari, bukankah sarang honai dan para" saya & suite kualitas Anda sama-sama memenuhi kebutuhan umum akan istirahat fisik? Apakah keduanya tidak memenuhi definisi Shelter?

Jumat, 08 Mei 2020

Peradaban Kemiskinan Pemikiran Kita

Sumber foto Pintenggum 

Kemiskinan berasal dari kata miskin, yang berarti tidak berharta benda atau serba kekurangan.
Pemikiran berasal dari Kata pikiran adalah suatu pertimbangan akal atau logika yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.
Kemiskinan absolut dalam kaitannya dengan suatu sumber-sumber materi, yang di bawahnya tidak ada kemungkinan kehidupan berlanjut, dengan kata lain hal ini adalah ting-kat kelaparan. Sedangkan kemiskinan relatif adalah perhitungan kemiskinan yang didasarkan pada proporsi distribusi pendapatan dalam suatu negara.
Saya Mencoba menulis terlepas dari Kata miskin lebih mendalam lagi mengupas tuntas pada cara berpikir atau berlogika kita.
Sebelum Injil sebagai Om (Nami) masuk di lembah Timur (Yalimu), pemikiran kita masih dikatakan Primitif dalam hal beradaptasi dengan dunia luar, memang hal ini benar diakui bahwa segala sesuatu kaitannya dengan cara penyelesaian masalah tidak sama sekali selesaikan melalui logika sehat mereka, namun penyelesaian jalan melalui perang (kontak fisik).
Setelah Injil pada waktu itu 24 01 Maret 1961 Pendeta Zollner dan Dokter Vriend tiba di Suwele Piliam, dan setibanya Kenyataan injil yesus kristus yang membuat orang Timur (Yalimu) Di berkati dan berkembang dari injil nenek moyang kita terima waktu itu dengan sapaan salam Om, (Nami).
Pada saat itu orang-orang yang berpengaruh di setiap kampung dipanggil lalu dididik kabar kebaikan, Keselamatan, injil sebagai Om (Nami). dan di utus untuk pergi melayani di seluruh negeri Timur (Yalimu) Naik gunung, turun lembah, melewati Sungai-sungai, Misinya hanya satu untuk menyebarluaskan injil sebagai Om (Nami).
Pada Kenyataannya terbukti bermusuhan antar kampung semakin menurun, bermusuhan antar klen semakin berkurang, konflik antar kampung didiadakan injil mengapa mereka berdamai Di seluruh Negeri walaupun masih ada rasa tendam.
Kehadiran Pemerintahan Pada Tahun 2002 itu pasti orang-orang Timur (Yalimu)  tahu bahwa  mereka sepakat ada yang tidak tahu apa itu pemerintahan hal ini saya tidak bisa tulis lebar panjang disini karena disini bukan tempatnya, tetapi secara garis besar apa yang kita panen dalam pemerintahan kita saya bersilahkan kita analisa sendiri.
Menurut analisa saya bahwa setelah Pemerintahan masuk kami pindah beradaptasi dari pemikiran nilai moralitas dan spritualitas ke dunia idealisme disinilah otak kita dituntut untuk berdisipliner Ilmu dan logika pikir kita.
Karena kita sudah dipaksa masuk dalam dunia idealisme dengan sistem yang berbeda artinya hanya cara pikir kitalah yang menentukan perspektif positif dan perspektif negatif.
Sementara kita dalam manusia-manusia pemikiran kelas dua, globalisasi datang tanpa diundang memaksa kita berada pada posisi global yang tidak bisa diimbangi sama sekali Oleh logika pikir kita dengan perkembangan ilmu, teknolgi, globalisasi Saat ini, wajar saja nalar kita tra perkembang sama sekali persamaan dengan logika kita, kita tidak bisa membedakan mana yang sistem moral dan spiritual, mana sistem idealisme, mama sistem postmodernisme, mana sistem tatanan dunia atau globalisasi, lalu sementara kita masih berdebatan logika kita sebatas itu-itu saja.
Belakangan ini saya perhatikan penginjilan ditinggalkan lalu urus barang yang lain selain penginjilan yang belum usai ini. Lalu kita menyalahkan orang  Maafkan saya,  saya menduga akan ada ajaran baru akan masuk di Timur (Yalimu) yang akan membiungkan Jemaat Gereja GKI TP yang sudah ada dan terbukti buahnya. Maaf saya bukan mau berdebat tapi ini hanya analisa saya, kita harus jaga Gereja dan injil sebagai Om (Nami)  baik-baik.
Karena sekarang pertahanan terakhir kita Gereja Tuhan dan Injil sebagai Om (Nami).
Jadi Injil sebagai Om (Nami) dan Gereja Tuhan yang nenek moyang kita menerima sederhana itu Gereja Tuhan dan Injil terakhir kita, yang datang dari belakang itu apa?
Kita kembali pada topik diatas Ada istilah bahwa "Muka buruk cermin dibelah,” adalah perumpamaan yang sering digunakan untuk menggambarkan kesalahan alur pikiran kita. Ketika kita tampak di cermin, wajah kita buruk, lalu cermin disalahkan dan dipecahkan. Tentu tindakan ini tidaklah benar menurut akal sehat kita. Seharusnya, nalar atau alur berpikir kita yang benar adalah jika muka kita atau wajah kita buruk, wajah kita itu yang diperbaiki, bukan cermin yang dirusak.
Ungkapan lain yang sering dikutip untuk menunjukkan kekeliruan alur berpikir dan bertindak kita adalah “Menjadi sarang tikus, rumah dibakar.” Yang benar adalah tikusnya dibasmi dan sarangnya dikeluarkan dan dibakar, bukan rumah yang dibakar.
Akibat dari alur berpikir kita yang salah, bertindak pun kita salah. Akibat dari cara berpikir kita yang keliru itu adalah kerugian yang sia-sia. Wajah tetap buruk, cermin sudah rusak dan harus mengeluarkan uang untuk membeli cermin yang baru. Tikus masih tetap hidup tetapi rumah sudah hangus terbakar sehingga harus mencari tempat tinggal lain atau membangun rumah yang baru. Cara berpikir seperti itu tidak sesuai dengan nalar yang sehat atau sering disebut tidak logis.
Dengan demikian kehidupan kita masih ada dan logika kita masih aktif dan berpikir, kita luruskan logika kita dari orang luar menganggap primitif terhadap kita waktu itu, kita luruskan logika kita pada sejarah kita, kita luruskan nalar kita terhadap Gereja sebagai dasar moral dan spritualitas kita, kita luruskan logika idealisme kita, dan kita juga dituntut untuk luruskan logika kita terhadap perkembangan teknolgi, informasi, ilmu dan glolobalisasi kita.
Sekarang ini banyak berdoa minta hikmat Tuhan untuk luruskan logika berpikir kita sesuai dengan nalar kita sebagai bagian dari iman kita.
#Catalan : Tulisan ini tanggungjawab oleh penulis bila tersinggung penulis bertanggungjawab atas tulisan ini
Oleh : Obock I Silak

Rabu, 06 Mei 2020

Selamat Kepada Generasi Bangsa!



Sekolah Menengah Atas (SMA) Yang Dinyatakan Telah Lulus Tahun Ajaran 2019-2020 Se-Papua

Apa itu Generasi Bangsa?

Istilah Generasi berasal dari dua Kata yaitu Generasi dan Muda, Kata Generasi berarti angkatan atau turunan dan Kata Muda berarti angkatan atau turunan yang belum lama hidup.
Istilah Bangsa berarti kesatuan asal-usul, adat, keturunan, bahasa, dan sejarahnya. Atau sebuah golongan orang mempunyai asal-usul Dan sifat khas yang sama.

Ujian kelulusan angkatan muda Bangsa Tahun 2020 ini tidak seperti Tahun-tahun sebelumnya, seperti harus wajib mengikuti ujian praktek, Ujian akhir semester, Ujian Nasional dan Ujian Sekolah yang berlaku secara nasional di seluruh Indonesia, angkatan muda bangsa beberapa Tahun sebelumnya.

Angkatan muda bangsa Tahun 2020 ini, Telah dinyatakan lulus 100%, hal ini mencetuskan sejarah baru, boleh dikatakan akibat Dari musibah Pandemi Corona Virus (Covid-19) secara global.

Oleh karenanya beberapa hari kedepan lagi mereka angkatan muda generasi ini akan mempersiapkan diri untuk menentukan masa depan mereka, dimana perguruan tinggi maupun program studi yang angkatan muda generasi ini pilih adalah jaminan masa depan hidupnya.

Selamat datang angkatan muda bangsa di dunia kampus karena dunia kampus adalah dunia "Belajar bersikap pada dunia kita dan menentukan masa depan angkatan kita, akan ditentukan Oleh diri kita sendiri".


Akhir Kata
Pendidikan itu adalah pembebasan, Bebas dari Penindasan, pembodohan dan pemiskinan
#Paulo_Freire

Senin, 04 Mei 2020

INJIL SEBAGAI OM (NAMI)

Dalam Situasi Pandemi Covid-19 Selamat HUT PI Ke 60 Di Waniok Sejak 01 Mei 1961-01 Mei 2020
=====================================

Foto Ilustrasi Kampung Waniok 


 Refleksi Dalam rangka hari Injil di Waniok ke 60 sejak 01 Mei 1961-01 Mei 2020.

Saya mengambil topik sumber utama "Om (Nami)"

Apa itu Om (Nami?

Om adalah kakak atau adik laki-laki ayah atau ibu. Lalu Arti lainnya dari om adalah kata sapaan kepada seorang laki-laki yang agak tua.

Nami adalah isinga owe ano, ot ap umalik, isinga ot ap umalik ano isinga unggul unukon.

Jadi Orang-orang kampung Waniok, sama halnya juga Orang-orang sekitar kampung mereka, sangat menghargai dan menghormati Om (Nami) diatas segala-galanya.

Pada waktu itu pagi-pagi 01 Mei 1961 Pendeta Zollner dan Dokter Vriend tiba di Waniok Piyinggig Silimu, dan setibanya orang Waniok menerima mereka dengan sapaan salam Nami..Nami.. Nami (Om..Om.. Om) .

Dan Orang Kampung Waniok tanpa tidak sadar Menghargai dan Menghormati Injil sebagai diatas segala-galanya menurut keyakinan kebiasaan secara umum Orang Timur (Yalimu). Mereka Orang menerima dengan kata yang sangat hormat menurut mereka kata tinggi Om (Nami).

Tidak sampai disitu mereka menerima dan menjadi penginjil-penginjil utusan Allah dan Jemaat di seluruh lembah, naik gunung, turun lembah, melewati sungai seperti Yahuli, Ubahak, Sibi, Ponteng, Mugi, Habiye dan lain-lain dan mereka sudah telah menjadi berkat bertanggung jawab terhadap sesama manusia dan Tuhan Allah.

Bagaimana Om (Nami) dengan kami anak-anak mereka?
 saya tidak tahu Om (Nami) ini akan melanjutkan atau sampai sebatas Orang-orang tua kami saja yang sudah telah bertanggung jawab terhadap manusia dan Tuhan untuk menjadi berkat sesama manusia.

Ataukah? Om(Nami) dari anak-anaknya juga akan bertanggung jawab terhadap manusia dan Tuhan untuk menjadi berkat sesama manusia.

Saya tidak tahu Pertanyaan-Pertanyaan ini akan di jawab oleh waktu dan dinamika perkembangan yang kian waktu dinamis dan misteri ini Om (Nami)  masih menghargai dan menghormati setinggi-tinggi diatas segala-galanya.

Obock I Silak

Holandia Sabtu, 01 Mei 2020

Selasa, 28 April 2020

INJIL BERSINAR DI LEMBAH SIBIKMA DAN YAHULIKMA



 PROLOG

Tahun 1959 Pendeta F. J. S. Rumainum, Ketua Umum Sinode Pertama Gereja Kristen Injili (GKI)  Irian Barat-sekarang GKI di Tanah Papua boleh kita katakan sebagai bapak leluhur Klasis Balim Yalimu, Yalimu Angguruk, Yalimu Elelim, dan bakal Klasis Balim Selatan.
Pada salah satu perjalanan ke Eropa Pdt F. J. S. Rumainum memohon tenaga dua Pendeta dan satu Dokter dari ZNHK untuk daerah Jayawijaya Klasis Balim Yalimu, Yalimu Angguruk, Yalimu Elelim, dan Bakal Klasis Balim Selatan sekarang. Sekretaris Umum ZNHK (Zending Nederlands Hervormde Kerk) , Dr. Locher pada waktu itu menyarankan agar permohonan itu diajukan kepada badan PI RMG (Rheinische Missionsgesellschaft) sekarang di sebut VEM (Vereinte Evangelische Mission) di Jerman. Pdt F. J. S. Rumainum bertemu dengan pimpinan  zending VEM sesudah hal itu dipertimbangkan dan didoakan, maka dicapai diantara tiga pihak, Yaitu: GKI ZNHK dan VEM. ZNHK rela membiayai pekerjaan kesehatan, VEM mau membiayai pekerjaan  Pekabaran Injil (PI) di Jayawijaya pegunungan Papua Barat, Klasis Balim Yalimu, Yalimu Angguruk, Yalimu Elelim, dan Bakal Klasis Balim Selatan.
Dalam hubungannya itu ZNHK mengutus Dokter W. H. Vriend RMG atau VEM mengutus Pendeta Dr.Siegfried Zollner serta Pendeta Paul Gerhard Aring.
Pendeta Dr.  Ziegfried Zollner dan Dokter W. H. Vriend tiba di Papua Barat pada 24 September 1960 selama menempuh perjalanan kurang lebih 42 jam dari Jerman sampai tiba di Papua Barat. Pada Oktober 1960 menyusul Pendeta Aring dan keluarganya tiba di Jayapura dengan menggunakan kapal laut. Pada bulan dan Tahun yang sama juga, Dr.de Kleine,  Direktur RMG atau sekarang VEM melakukan kunjungan dinas ke Holandia sekarang Jayapura, atau Papua Barat. Dalam kunjungan ini maksudnya bertemu dengan para pimpinan GKI Irian Barat-sekarang pimpinan GKI di Tanah Papua dan melihat dari dekat pos-pos pekabaran injil di daerah pedalaman Pegunungan Papua Barat.
Setelah beberapa hari di Jayapura De Kleine berangkat ke pos pekabaran Injil di Tiom lewat Wamena di lembah Balim bersama rombongan yang terdiri dari Dr. Ziegfried Zollner, F. J. S. Rumainum, dan Dokter W. H. Vriend.
Di Tiom mereka berkunjung (ke pos pekabaran Injil di Tiom disana ada)  Bapak. Nils van der Stoep untuk membicarakan masalah wilayah pelayanan. Pada hari berikut mereka berangkat dari Tiom dengan pesawat Cessna untuk memantau daerah Timur (Yali) dari udara. Sebentar saja mereka singgah di Wamena, lalu terbang ke Angguruk mengikuti kali Baliem dan lembah Heluk (Ninia). Pemandangan pesona lembah Baliem dan Yalimu dari atas pesawat Cessna memang sangat menakjubkan, terlihat kebun-kebun dan perkampungan warga Ninia. Dengan menelusuri tepi gunung Nuruhumeg dan kali Yahuli akan tampak lahan kebun dan perkampungan orang Timur (Yali) di sekitar Angguruk. Termasuk juga memantau seluruh lembah Yahulikma, Ubahag Ikma, Sibikma, dan lembah Pontengikma lalu mereka pulang ke Sentani.  Di Sentani de Kleine dan Zollner membuat janji bertemu dengan kepala pilot MAF David Steiger,  untuk maksud kesediaan pihak MAF membantu rencana pembukaan daerah pekabaran Injil yang baru, khususnya melayani penerbangan ke daerah Baliem Yalimu.  Dan pilot David Steiger bersedia untuk memberikan bantuan pelayanan penerbangan MAF untuk membuka pekabaran Injil di daerah baru itu.
Dokter Vriend dan Zollner dari Sentani berangkat ke Wamena lagi melalui Tiom sekarang Lani Jaya.  Mereka menginap di Hotel Nayak dekat bandara Wamena.  Sekali lagi Dokter Vriend dan Zollner dengan Pilot memantau daerah Timur (Yali) dari udara dan pulang kembali ke Wamena.
Selama di Wamena Vriend dan Zollner mencari informasi tentang hubungan ke daerah Timur (Yalimu)  mereka tahu dari masyarakat di Wamena bahwa biasanya ada kontak orang Timur (Yali) di Kurima. 
Mereka berjalan kaki ke kampung Kurima dan membangun sebuah pondok yang beratapkan alang-alang sebagai tempat berteduh sementara. Tidak jauh dari kampung Sielma/Seinma dan kampung Hitigima.
Selama tinggal di Kurima mereka mencari informasi ke masyarakat bagaimana mereka ke daerah Timur (Yalimu).  Beberapa hari kemudian tiga orang Timur (Yali)  dengan terlilit rotan di badan datang Kepada Vriend dan Zollner di pondok. Ketiga orang Timur (Yali)  itu mendapat kabar dari masyarakat bahwa ada dua orang missionaris kulit putih membutuhkan bantuan untuk ke daerah timur (Yalimu).
Di perkirakan itu bulan Desember menjelang hari raya Natal. Saat itu hanya Pdt Zollner sendiri yang tinggal di Kurima sedangkan Dokter Vriend ke Jayapura.
Pada tanggal 3 Januari 1961, Pdt Zollner meninggalkan Kampung Kurima dan berpindah ke kampung Yuwarima. Dengan harapan bahwa bisa mendapatkan informasi dan kontak dengan Orang-orang Timur (Yali)  di kampung Yuwarima. Sementara menetap di kampung Yuwarima dijadikan sebagai base camp untuk ke daerah Timur (Yalimu). Selama beberapa  hari di kampung Yuwarima Orang-orang sudah datang sampaikan kesetiaan mereka untuk mengantarkan ke daerah dibalik gunung.
Sedang mempersiapkan diri untuk berangkat ke daerah Timur (Yalimu), mereka dikejutkan oleh kedatangan tamu tak diundang dari Timur (Yalimu), yaitu dua orang yang bernama Ninggi dan Isel. Mereka datang membawa pesan se ekor anak babi. Itu artinya bahwa mereka tidak setuju pendeta Zollner dengan rombongan pergi ke kampung daerah Timur (Yalimu). Maksud mereka biar mereka saja yang datang mengunjungi pendeta Zollner dengan rombongan di kampung Yuwarima dan katanya (hite nit wereg ambeg lahup fug).  Mereka ingin membawakan beberapa ekor babi untuk ditukarkan dengan kapak besi. Tetapi pdt Zollner berpesan dengan hati-hati bahwa "Kami akan datang kepada Kalian di Timur (Yalimu)".
Pada 20 Maret 1961 Pendeta Zollner bersama rombongan melanjutkan perjalanan ke kampung Piliam jarak dari kampung Yuwarima ke kampung Piliam selama empat hari. Mereka harus bermalam tiga kali di gunung Sisim, Yetohik dan Abiangge. Walaupun kepala kampung Yuwarima Bapak Polaimakwe menahan rombongan tinggal beberapa hari lagi di Kampung Yuwarima tapi rombongan tetap berangkat dimana Dokter Vriend, Gerson Mambrisauw dan pendeta Manase Yoku lebih dulu berangkat ke Sisim disana mereka menunggu pendeta Zollner dan Penginjil Medat Maban tiba disana bersama seorang Kampungan Piliam bernama Elesoni juga tiba hari yang sama. Berita kedatangan rombongan sudah tiba di Kampung Piliam, hari berikutnya beberapa orang Kampung Piliam datang menyebut rombongan. Melalui gunung Elit Vriend di bantu oleh mereka yang lain Zollner di bantu oleh bapak Soborehen dari Piliam mereka dapat tiba di Abiangge istirahat hari ketiga Zollner dan Vriend memberi jabat tangan kepada orang Piliam tapi mereka malu-malu menarik tangan mereka.
Orang dari Kampung Piliam sudah pada berdatangan di Abiangge. Di benak Zollner bersama rombongan rasa khwatir jangan sampai mereka menyerang atau mengusir. Sebab di daerah Timur (Yali) diisukan secara luas bahwa "orang aneh sedang menuju ke daerah timur (Yali)". Ternyata justru sebaliknya.
Pada 24 Maret 1961 tiba di Kampung Piliam Suwele. Selama beberapa hari di Kampung Piliam Orang Piliam menerima rombongan dengan cara bakar batu lima ekor babi melalui cara makan bersama.
Rombongan Zollner dan Vriend mereka tinggal di Suwele selama kurang lebih hampir satu bulan satu minggu dari tanggal 24 maret sampai 30 April.
Dari Kampung Piliam rombongan berangkat berjalan kaki menuju ke Kampung Waniok.
Ada seorang bernama Senggebin dari Waniok datang sehari sebelumnya bertemu dengan Dokter Vriend dan Pendeta Zollner waktu masih di Piliam. Dia datang meminta bantuan pendeta Zollner dan Dokter Vriend untuk bagaimana menghentikan konflik antara orang Sibikma dan Yahulikma. Kata "Senggebin bahwa konflik antara orang Waniok dengan orang Piliam menciptakan hubungan keluarga yang tidak normal dan harmonis.
Pada 30 April 1961 Dokter Vriend, Pendeta Zollner, Sabumondek, Weagahun, Suhulhalug berangkat naik ke Fungfung bukit batas wilayah antara Kampung Piliam dan Waniok. Sabumondek terus meneruskan perjalanan ke Waniok, kalau orang Wabiok bersedia menerima rombongan ia akan kembali dan memberitahukan mereka yang menunggu di Fungfung. Orang di Piliam tidak ikut, karena mereka berperang dengan orang Yahulikma Maban dan Mambrisauw juga tinggal di Piliam.

Pada 01 Mei 1961 pagi-pagi sekali Sabumondek dengan orang Waniok datang menyembut mereka di Fungfung. Rombongan dijemput oleh ratusan orang Waniok dan di antar ke Piyinggig Silimu.  Sabumondek bilang: kepada orang Waniok', "Yang datang ini orang Pahabol, berilah salam kepadanya! Maksudnya Pendeta Zollner dan Dokter Vriend adalah orang Pahabol. Lalu menerima mereka dengan sapaan salam Om...om...om (Namia... Namia... Namia). Orang Waniok membangun rumah pemondokan beratapkan alang-alang di Piyinggig Silimu. Pada hari besoknya Kepala suku Piringi Salak dan Orang Waniok bakar batu empat ekor babi sebagai tanda menerima mereka untuk makan bersama.
Pada 3 Mei 1961 Zollner kembali ke Piliam menyembut Maban dan Mambrisauw. Pada 4 Mei 1961 rombongan Zollner bersama-sama dengan beberapa orang Piliam berjalan kaki menuju Fungfung. Sana mereka dijemput oleh orang Waniok yang sudah tiba tadi menunggu kedatangan mereka. Rombongan begitu terkejut ketika mereka tahu bahwa akan ada upacara Perdamaian di Fungfung antara orang Waniok dengan orang Piliam. Sekumpulan orang menyanyikan lagu-lagu yite sini, ada yang berpidato, dan kemudian kedua pihak ingin berdamai itu saling menukar babi sebagai tanda perdamaian. Beberapa orang Waniok mengantarkan Zollner dan rombongan ke Piyinggig Silimu. Mereka tinggal di Waniok dari tanggal 1-18 Mei 1961, dari situ mereka jalan pulang pergi ke Angguruk mengukur tempat di mana mau bangun lapangan. Pada 19 Mei 1961 rombongan berpindah dari Waniok ke Angguruk dengan jalan kaki satu hari perjalanan melalui Kampung Tenggeli.

 Obock I Silak

Disatur dengan prolog pekabaran injil pada Aslinya.

Rabu, 22 April 2020

Refleksi Saja
Belajar untuk "Cinta Menulis"
Oleh : Obock

Pendahuluan
Mendengar adalah kata dasar dari dengar, jadi dengar akan sesuatu dengan sungguh-sungguh, memasang telinga baik-baik untuk mendengar atau dapat menanggap suatu bunyi. Misalnya  sedang mendengar warta berita memperhatikan, mengindahkan; menurut nasihat, bujukan, orang tua (Bapak) dan sebagainya.

Demikian pula Membaca adalah juga salah satu keterampilan berbahasa. Dan juga kegiatan memahami teks bacaan dengan tujuan untuk memperoleh informasi dari teks atau buku yang kita umumnya baca.
Membaca  juga berfungsi untuk mengetahui lebih banyak tentang bacaan.

Tentang penulisannya atau permasalahan yang dibacarakan mulai dari awal masalah sampai pemecahan masalah atau akhir berita.

Maka Menulis juga adalah suatu kegiatan menyampaikan suatu ide atau gagasan baik itu tulisan huruf, angka, menggunakan tangan dengan pensil, pulpen, spidol melaui media berupa batu, kertas, buku, ataupun yang paling populer saat ini melaui  media sosial.

Dengan demikian budaya adalah juga suatu pola hidup yang tumbuh dan berkembang pada sekelompok manusia yang mengatur agar setiap individu mengerti apa yang harus dilakukan, dan untuk mengatur tingkah laku manusia dalam berinteraksi dengan manusia lainnya.

Secara khusus Orang Pegunungan Tengah Papua sama seperti saudara-saudaranya di seluruh serumpun papua Ras Melanesia hitam kulit, keriting ramput, jadi orang Pegunungan Tengah Papua mendengar segala sesuatu sungguh-sungguh, memasang telingah baik-baik untuk mendengar atau menanggap suatu bunyi,
Misalnya mereka orang Pegunungan Tengah Papua sangat menghormati dan menuruti nasihat-nasihat atau ancuran-ancuran orang yang lebih tua dari mereka, mereka yang tidak menurutinya akan mengalami akibatnya sendiri, dari sejak turun temurun dan di wariskannya dari generasi ke generasi.

Orang Pegunungan Tengah Papua secara lisan mereka mampu membaca dan memahami secara konteks mereka orang-orang Pegunungan Tengah Papua dan mereka mempunyai keterampilan menyampaikan informasi secara lisan dari dalam ingatan mereka yang begitu luar biasanya tidak pernah hilang dari ingatan mereka tanpa melihat dan menyampaikan memakai catatan sedikipun.

Orang Pegunungan Tengah Papua tidak pernah sama sekali mengenal yang namanya menulis, apalagi menulis dalam bentuk tulisan di pohon, batu, rumah, atau bahkan segala sesuatu yang ada di sekitar mereka, untuk dijadikan sebagai bahan tulisan mereka belum ada sama sekali tahu, mereka hanya menyimpan cerita mereka  secara lisan dari turun temurun, luar biasanya otak mereka  bisa menyimpan cerita dari generasi ke generasi andai saja otak Albert einstein perancang teori M=c2 dan Thomas Alva edison penemu bola lampu.

Budaya juga adalah suatu cara hidup yang terdapat pada sekelompok manusia, yang berkembang dan diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya.

Orang Pegunungan Tengah Papua memiliki 7 unsur kebudayaan dan sanagat kaya dengan pengetahuan mereka, ideologi mereka, sistem artefak dan kerajinan tangan mereka, sistem pencaharian mereka, berburu ke hutan, sistem religi mereka suci atau rahasia dan lain sebaginya.
Bersambung............

Akhir kata

Mendengar adalah Budaya Saya, Membaca dan Menulis bukan budaya saya Melainkan belajar untuk "Cinta Menulis".



Rabu, 27 November 2019

Dampak Diskriminasi Rasialisme Surabaya Terhadap Mahasiswa Papua Tahun 2019


Alasan penulisan
Sebuah negara di dunia ini tidak dapat luput dari masalah multikultural, pihak lain merasa superior terhadap pihak lain dianggap inferior apalagi Negara semacam Indonesia yang berbagai macam suku,ras,dan agama ini.
Penulis mempunyai beberapa alasan mengapa penulis tertarik untuk menganalisa tentang Dampak Diskriminasi Rasialisme Surabaya Terhadap Mahasiswa Papua Tahun 2019, karena penulis melihat bahwa upaya menyelesaikan dampak Rasisme kedua suku bangsa yang berbeda ini belum ada niat baik untuk penyelesaian yang serius oleh Negara sehingga penulis ingin mengkaji lebih jauh lagi mengenai dampak Rasisme tersebut khususnya untuk Papua begitupun Surabaya. Selain itu penulis juga ingin mempelajari tentang faktor-faktor apa yang menyebabkan sehingga Surabaya memandang Mahasiswa Papua secara Rasial. .
Ratusan massa dari berbagai ormas (Organisasi Masyarakat) menggeruduk asrama mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur pada 16 Agustus anggota ormas (Organisasi Masyarakat) telah melanggar HAM.
Keesokan harinya, 17 Agustus, polisi mulai memaksa masuk ke asrama sembari membawa senjata pelontar gas air mata. Lalu, sebanyak 43 mahasiswa papua di dalamnya pun sempat ditangkap meski setelah itu  dilepaskan oleh pihak kepolisian.
Insiden itu bermula dari beredarnya foto yang menunjukkan kerusakan tiang bendera merah putih jatuh di selokan depan asrama kamasan mahasiswa Papua.
Sekelompok massa dari ormas (Organisasi Masyarakat) yang  merasa tak terima pun langsung mendatangi asrama kamasan mahasiswa Papua. Dari ratusan massa itu terdapat sejumlah kelompok yang mengenakan atribut ormas (Organisasi Masyarakat) FPI (Front Pembela Islam) dan Pemuda Pancasila. Mereka datang dengan lantang menyanyikan ‘bantai papua’ di depan asrama kamasan mahasiswa Papua.
Menanggapi hal ini Pemprov Papua lewat rilis di sebarkan pada 18 Agustus Gubernur Lukas Enembe meminta seluruh Rakyat Papua dimana pun berada tak ikut panas menyikapi peristiwa yang terjadi di Surabaya. Pemprov Papua prihatin dan empati atas insiden yang terjadi di kota Surabaya, kota semarang, dan kota malang yang berakibat adanya penangkapan dan atau pengosongan Asrama Mahasiswa Papua di kota Surabaya oleh aparat keamanan.

Pemerintah Indonesia sebagai Negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) telah meratifikasi konvensi anti diskriminasi ras dan etnis serta telah membuat aturan legislasi Nasional terkait anti diskriminasi ras dan etnis sehingga baik secara nasional maupun internasional Pemerintah Indonesia punya kewajiban untuk tidak melakukan atau  bahkan justru memberantas praktik-praktik diskriminasi ras dan etnis.
Terkait dengan hal itu pemerintah Indonesia merespon dalam hal ini kepala staf kepresidenan Moeldoko mengatakan presiden Jokowi telah meminta Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Muhamad Tito Karnavian menindak aparat yang terbukti berbuat rasis.
Menanggapi hal itu respon datang dari kepala staf Kodam V/Brawijaya Brigadir Jenderal Bambang Ismawan mewakili Pangdam V/Brawijaya adanya indikasi keterlibatan personel TNI didalam kejadian di Asrama Kamasan Mahasiswa Papua. Brigadir Jenderal Bambang Ismawan  mengatakan pihaknya masih melakukan penyidikan terhadap personalnya yang terbukti melakukan pelanggaran ujaran rasis bakal diberi hukuman.


Ras merupakan konsep sosial yang timbul dari usaha untuk mengelompokkan orang dalam kelompok-kelompok yang berbeda. Indentitas rasial biasanya berhubungan dengan ciri-ciri fisik luar seperti warna kulit, tekstur rambut, penambilan wajah, dan bentuk mata.
Konsep rasial berlaku di Amerika serikat sebagai gagasan secara sosial yang tidak di ragukan berhubungan dengan warisan historis seperti perbudakan, penganiayaan suku Indian di Amerika, Isu hak sipil, dan yang terbaru peningkatan imigran. Sulit untuk menyatakan akibat dari rasisme, karena efeknya dapat secara sadar ataupun tidak sadar. Apa yang kita ketahui adalah bahwa rasisme membahayakan bagi penerima perilaku yang merusak ini juga kepada pelakunya sendiri. Tindakan rasisme merendahkan si target dengan mengingkari indentitasnya, dan hal ini menghancurkan suatu budaya dengan menciptakan pembagian kelompok secara politik, social, dan ekonomi dalam suatu Negara (Samovar dkk,2010:187-211)

Teori Poligenisme yang menyatakan bahwa keragaman ras manusia berasal dari garis evolusi yang berbeda-beda. Poligenisme masih menempatkan orang kulit hitam di antara manusia dan primate sejenis kera (monyet). Sehingga mereka diposisikan lebih rendah dari orang kulit putih atau orang Asia sekalipun.

Teori Monogenisme menyatakan dan yakin bahwa manusia berasal dari satu sumber yang sama, sejalan dengan narasi Alkitab dan diyakini orang-orang saleh saat itu. Ironisnya kaum pro perbudakan adalah penganut Teori Monogenisme disisi lain berbeda pandangan bertentangan dengan poligenisme dengan kitab suci. Sedangkan pendapat lainnya monogenis sama-sama yakin bahwa gagasan poligenisme selama itu pula bisa menjustifikasi adanya perbudakan monogenisme.

Rasisme Surabaya, Malang dan Semarang terhadap mahasiswa Papua di bidang pendidikan akan memberikan dampak negatif karena akibat dari rasisme warga subaraya terhadap mahasiswa papua mengganggu secara phisikologi mahasiswa yang ingin kembali berkuliah
Jika mahasiswa Papua kembali melanjutkan kuliah sebelum menangkap dan mengadili pelaku rasisme di Surabaya maka mahasiswa papua dapat dengan mudah melanjutkan studi dan juga tidak melanjutkan studi dan Surabaya juga pun sebagaian akan melakukan kesadaran stereotypy atau cara pandang terhadap mahasiswa Papua.


Aparat TNI-POLRI atau Polisi Indonesia gagal mengatasi rasisme terhadap mahasiswa Papua di Jawa Timur kota Surabaya dan Malang, 16-18 Agustus 2019.

Dampaknya merambat ke seluruh Tanah Papua.  Berbagai macam sendi kehidupan orang Papua secara phisikologis terganggu termasuk penulis sendiri. Semua dampak telah menulis dan berpendapat, Namun penulis melihat dari sisi dampak rasisme terhadap ribuan  mahasiswa Papua yang eksodus sampai saat hari ini masih pertahan di Tanah kelahiranya Papua, sambil menunggu menangkap dan mengadila para pelaku diskriminasi rasisme, dan represif. Bahkan mereka telah menuruti respon atas pernyataan melansir dari media nasional kompas.com, Presiden Jokowi memahami bahwa masyarakat Papua menurutnya Provinsi Papua dan Papua Barat tersinggung atas kekerasan terhadap mahasiswa asal Papua di Jawa Timur kota Surabaya dan Malang 16-17 Agustus lalu. “Jokowi meminta masyarakat Papua untu memaafkan pihak-pihak membuat mereka tersinggung terkait kasus Surabaya dan Malang. sudah kita saling memaafkan aja” menanggapi kata saling “memaafkan” ini, Gubernur Papua Lukas Enembe justru sebaliknya berpikir untuk menarik Mahasiswa Papua untuk kembali kuliah di Tanah Papua, pernyataannya “Kalau wilayah NKRI tidak aman akan memulangkan mahasiswa yang menuntut ilmu di seluruh Indonesia” pernyataan itulah yang membuat ribuan mahasiswa eksodus ke Papua. Tapi menurutnya Gubernur, Papua aman jadi tidak usa pulang maksudnya disini aman secara stabilitas daerah melainkan aman  secara phisikologis manusia Papua itu sendiri menurut hemat penulis.

Selain pernyataan Gubernur pernyataan lainnya datang dari Majelis Rakyat Papua (MRP) Minta Mahasiswa Papua pulang dan lanjut studi di Tanah sendiri (Papua). Maklumat tersebut berisi “seruan kepada mahasiswa papua di semua kota studi pada wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia menyerukan kepada mahasiswa papua bila tidak ada jaminan keamanan dan kenyamanan dari pemerintah provinsi, pemerintah kab/kota, dan aparatur TNI/Polri di setiap kota studi, maka di seruhkan, para mahasiswa untuk dapat kembali melanjutkan  dan menyelesaikan studinya di Tanah Papua” maklumat di keluarkan dan disahkan Jayapura pada Rabu (21/08/2019).  menyusul berbagai tindakan rasisme,kekerasaan, dan persekusi dari TNI/Polri, Ormas dan kelompok masyarakat yang menimpa mahasiswa Papua di Surabaya, Malang, Semarang dan Makasar.


Keputusan yang diambil oleh mahasiswa Papua kembali ke Tanah airnya sendiri (eksodus) bukan persoalan akademik semata, tetapi pesoalaan situasi dan kondisi sosial-budaya berdampak dari rasisme kota Surabaya,kekerasaan, dan persekusi dari TNI/Polri, Ormas dan kelompok masyarakat yang menimpa mahasiswa Papua di Surabaya, Malang, Semarang dan Makasar. yang tidak mendukung mereka bertahan mengeyam ilmu di perantauan. Rasa Kenyamanan dan keamanan tidak menjamin mendukung mereka. Soal kembali lanjut studi, kapan saja bisa. Tetapi, apakah ada jaminan keamanan dan kenyamanan dalam hal hemat penulis keamanan manusia (human security) artinya pihak lain merasa aman di lindungi, selama itu pula pihak lain diabaikan rasa amannya terancam (barry buzan). Akankah keamanan merasa aman tercipta bagi mereka mahasiswa eksodus?
Media- media nasional kita membaca ada bebarapa institusi telah mendukung dan bersatu dengan gerakan masyarakat sosial-budayanya untuk mematakan gerakan, kehidupan mahasiswa eksodus.
Kita sebagai orang Papua, apa yang harus kita lakukan? Biarkan berlarut ataukah tindakan apa yang kita buat?.
Realita melihat respon pemerintah provinsi terhadap mahasiswa eksodus memaksa mahasiswa eksodus kembali, kampus-kampus di papua tidak menerima mahasiswa eksodus sebagai mahasiswa yang nasib masa depan mereka sama dengan mahasiswa yang kuliah di kampus-kampus di papua, sekalipun mendirikan posko umum auditorium uncen kampus yang terkenal di papua ini. Kepolisian mengejar dan memburu mahasiswa eksus bahkan korban berjatuhan tanggal 23 September itu uncen dan ekspo menjadi saksi bisu atas perbuatan ini justru menyingkirakan ribuan mahasiswa dari peran sosial-budanyanya sebagai anak papua dan mereka akan mengalami dunia transisi. Kalau begini akankah orang papua dan mahasiswa yang kuliah di papua ini tinggal diam seribu bahasa?
Nasib mahasiswa eksodus secara akademik korban bahkan apalagi nyawa mereka menjadi taruhkan kepada bangsa dan harga dirinya sebagai orang papua itu sendiri. Realita transisi  ini tidak ada pihak lain selain mahasiswa eksodus menawarkan solusi atau jalan menyelesaikan, biarkan mereka mahasiswa ini eksodus menentukan sikapnya yang jelas untuk masa depannya mereka dan masa depan Papua kita.

Penulis Obock I Silak





Teknik Pembuatan Api Tradisional

Pada 1960-an-1980-an masyarakat perkampungan lembah Yahulikma, Ubahakikma dan Sosomikma tidak memiliki akses korek api, dan masih menggunaka...