Kamis, 18 Oktober 2018

REVOLUSI TEKNOLOGI INFORMASI MENUNTUT GENERASI MILENIAL MENGHADAPI PERADABAN DAN TANTANGAN BERPIKIR GLOBAL


Ilustrasi Gambar

Pendahuluan

Generasi Y atau generasi milenial membawa cara pandang sendiri terhadap dunia kerja. Jika tidak dikelola dengan baik, maka cara pandang generasi milenial yang berbeda dengan generasi pendahulunya akan menimbulkan kesalahpahaman, bahkan bisa terjadi konflik. Millennial adalah mereka yang kelahirannya antara tahun 1981-1994 (beberapa yang lain menyebut hingga sebelum tahun 2000). Mereka juga adalah orang-orang dengan usia produktif sekaligus konsumen yang mendominasi pasar saat ini. Kehidupan sosial menjadi nilai penting, didukung dengan kuatnya arus informasi di masa kini. Begitu pula halnya dengan perilaku konsumsi, yang tak jauh dari lingkup dunia teknologi.

Siapa Yang Dimaksud Generasi Milennial

Dewasa ini, generasi milenial menjadi topik yang cukup hangat dikalangan masyarakat, mulai dari segi pendidikan, teknologi maupun moral dan budaya. Tapi sebenarnya, siapakah yang dimaksud generasi milenial itu dan apakah orang benar-benar mengerti akan sebutan itu.
Milenial atau kadang juga disebut dengan generasi Y adalah sekelompok orang yang lahir setelah Generasi X, yaitu orang yang lahir pada kisaran tahun 1980- 2000an. Maka ini berarti milenial adalah generasi muda yang berumur 17- 37 pada tahun ini. Milenial sendiri dianggap spesial karena generasi ini sangat berbeda dengan generasi sebelumnya, apalagi dalam hal yang berkaitan dengan dinamika perkembangan dunia teknologi informasi saat ini.
Generasi milenial memiliki ciri khas tersendiri yaitu, mereka lahir pada saat TV berwarna,handphone,  internet sudah diperkenalkan. Sehingga generasi kita ini sangat mahir dalam teknologi informasi.
Kebanyakan dari generasi milenial kita ini  hanya peduli untuk membanggakan pola hidup kebebasan dan hedonisme. Memiliki visi yang tidak realistis dan terlalu idealistis, yang penting bisa gaya.
Jadi sebenarnya jika kita ingin menjadi generasi milenial yang bermanfaat, Maka kita juga ditutut untuk  berfikiran kritis, terbuka dengan apa yang ada disekeliling kita, mulai dari masalah kesehatan, Pendidikan, Lingkungan hidup, politik, ekonomi hingga sosial dan budaya. Jangan kita telan mentah-mentah informasi yang kami dapatkan. Cobalah untuk kita berfikir kritis dan pikirkan apa yang bisa kita kontribusikan untuk memecahkan masalah di sekitar kita. Dan juga dapat menggunakan media sosial secara bijak, karena media sosial bisa menjadi pedang bermata dua, tergantung bagaimana kita menggunakannya. Maka kita gunakan dengan bijak, kita musti hindari penyebaran informasidikatakan  asumsi tanpa pembuktian kebenaran fakta.
Hal yang paling penting adalah bantu orang lain, memikirkan orang lain bukan berarti hanya memperhatikan keluarga sekampung atau sedaerah kita saja. Melainkan konsep masyarakat secara keseluruhan bahkan masyarakat dunia global tanpa batas tidak perlu berfikir dengan kedaulatan suatu negara dalam arti sempit,  Jika kita dapat membantu sepuluh atau bahkan seratus masyarakat dunia global tanpa batas memperhatikan kedaulatan suatu negara .
Maka kita di tuntut untuk buat visi  yang realistis, dan kita juga harus tentukan visi yang ingin kita capai. Dan juga membangun ide kita setelah kita memiliki visi yang baik. Kita seharusnya buat ide yang dapat membantu kita mencapai visi kita tadi. Diskusikan ide dengan orang-orang di sekitar kita. Jangan kita takut dengan ide kita dicuri, karena tidak ada ide yang original, dan ingatlah ide itu murah yang mahal eksekusinya.

Apa Yang Dimaksud Generasi Milenial

Milenial adalah juga sebuah istilah yang populer menggantikan istilah Generasi Y (GenY).
Generasi Y adalah cohort (kelompok demografis) yang lahir setelah Generasi X
Sejalan dengan itu, banyak fakta dan mitos yang beredar tentang generasi Milenial, tidak semuanya benar dan tidak sepenuhnya salah. Selain mitos, generasi yang lebih tua sering mencap para milenial dengan stereo type yang sama, yaitu malas dan narsis, generasi Milenial memiliki karakteristik yang khas, kita lahir di zaman TV sudah berwarna dan memakai remote, sejak masa sekolah sudah menggunakan handphone, sekarang tiap tahun ganti smartphone dan internet menjadi kebutuhan pokok kita, berusaha untuk selalu terkoneksi di manapun, eksistensi sosial ditentukan dari jumlah follower dan like kita, kita juga punya tokoh idola, afeksi pada genre musik dan budaya pop populer yang sedang hype, ikut latah #hashstag ini #hashtag itu, pray for ini dan itu, dan semua gejala-gejala kekinian yang tak habis-habisnya membuat generasi orangtua kita kebingungan mengikutinya. Namun dibalik itu semua, ada banyak hal negatif yang disoroti oleh generasi-generasi yang lebih tua dari kita. Milenial dinilai cenderung cuek pada keadaan sosial, mengejar kebanggaan akan merk/brand tertentu padahal orangtua kita makan dua kali sehari saja sudah bersyukur. Pulang kuliah/ kerja nongkrong di Warkop, padahal di kosan hanya makan mie instan.
Kita cuek saja, yang penting gaya trend. Yang penting eksis di media sosial. Yang penting follower-nya banyak. Sekolah atau kuliah cuma jadi ajang pamer harta orang tua kita (untuk yang berpunya), dan menjadi perjuangan untuk yang(BPJS).   tipe Budget Pas-pasan Jiwa Sosialita.
 Sekali lagi, itulah stereotype dari generasi yang lebih tua terhadap generasi kita. Kamu dan saya perlu membuktikan bahwa tidak semua anak muda seperti itu. Tunjukkan apapun yang menjadi passion-mu pada dunia, pada lingkunganmu dan pada orangtuamu. Kita muda, kita enerjik, dan kita punya banyak ide untuk diwujudkan.

Kesimpulan

Generasi milenial kita lebih kreatif, inovatif dan cepat belajar, dan generasi milenial kita juga dianggap sombong, sok tau,loyalitas kita  rendah dan kurang sopan

Saran

Jadilah manusia yang kreatif, inovatif dan cepat belajar dengan memanfaatkan fasilitas yang ada. Tetaplah jaga sopan santun terhadap semua orang dan jalin komunikasi terhadap semua ciptaan sehingga terhindar dari sifat sombong, sok tau dan loyalitas rendah.






Oleh : Obock I Silak






       



Tidak ada komentar:

Teknik Pembuatan Api Tradisional

Pada 1960-an-1980-an masyarakat perkampungan lembah Yahulikma, Ubahakikma dan Sosomikma tidak memiliki akses korek api, dan masih menggunaka...