Jumat, 08 Mei 2020

Peradaban Kemiskinan Pemikiran Kita

Sumber foto Pintenggum 

Kemiskinan berasal dari kata miskin, yang berarti tidak berharta benda atau serba kekurangan.
Pemikiran berasal dari Kata pikiran adalah suatu pertimbangan akal atau logika yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.
Kemiskinan absolut dalam kaitannya dengan suatu sumber-sumber materi, yang di bawahnya tidak ada kemungkinan kehidupan berlanjut, dengan kata lain hal ini adalah ting-kat kelaparan. Sedangkan kemiskinan relatif adalah perhitungan kemiskinan yang didasarkan pada proporsi distribusi pendapatan dalam suatu negara.
Saya Mencoba menulis terlepas dari Kata miskin lebih mendalam lagi mengupas tuntas pada cara berpikir atau berlogika kita.
Sebelum Injil sebagai Om (Nami) masuk di lembah Timur (Yalimu), pemikiran kita masih dikatakan Primitif dalam hal beradaptasi dengan dunia luar, memang hal ini benar diakui bahwa segala sesuatu kaitannya dengan cara penyelesaian masalah tidak sama sekali selesaikan melalui logika sehat mereka, namun penyelesaian jalan melalui perang (kontak fisik).
Setelah Injil pada waktu itu 24 01 Maret 1961 Pendeta Zollner dan Dokter Vriend tiba di Suwele Piliam, dan setibanya Kenyataan injil yesus kristus yang membuat orang Timur (Yalimu) Di berkati dan berkembang dari injil nenek moyang kita terima waktu itu dengan sapaan salam Om, (Nami).
Pada saat itu orang-orang yang berpengaruh di setiap kampung dipanggil lalu dididik kabar kebaikan, Keselamatan, injil sebagai Om (Nami). dan di utus untuk pergi melayani di seluruh negeri Timur (Yalimu) Naik gunung, turun lembah, melewati Sungai-sungai, Misinya hanya satu untuk menyebarluaskan injil sebagai Om (Nami).
Pada Kenyataannya terbukti bermusuhan antar kampung semakin menurun, bermusuhan antar klen semakin berkurang, konflik antar kampung didiadakan injil mengapa mereka berdamai Di seluruh Negeri walaupun masih ada rasa tendam.
Kehadiran Pemerintahan Pada Tahun 2002 itu pasti orang-orang Timur (Yalimu)  tahu bahwa  mereka sepakat ada yang tidak tahu apa itu pemerintahan hal ini saya tidak bisa tulis lebar panjang disini karena disini bukan tempatnya, tetapi secara garis besar apa yang kita panen dalam pemerintahan kita saya bersilahkan kita analisa sendiri.
Menurut analisa saya bahwa setelah Pemerintahan masuk kami pindah beradaptasi dari pemikiran nilai moralitas dan spritualitas ke dunia idealisme disinilah otak kita dituntut untuk berdisipliner Ilmu dan logika pikir kita.
Karena kita sudah dipaksa masuk dalam dunia idealisme dengan sistem yang berbeda artinya hanya cara pikir kitalah yang menentukan perspektif positif dan perspektif negatif.
Sementara kita dalam manusia-manusia pemikiran kelas dua, globalisasi datang tanpa diundang memaksa kita berada pada posisi global yang tidak bisa diimbangi sama sekali Oleh logika pikir kita dengan perkembangan ilmu, teknolgi, globalisasi Saat ini, wajar saja nalar kita tra perkembang sama sekali persamaan dengan logika kita, kita tidak bisa membedakan mana yang sistem moral dan spiritual, mana sistem idealisme, mama sistem postmodernisme, mana sistem tatanan dunia atau globalisasi, lalu sementara kita masih berdebatan logika kita sebatas itu-itu saja.
Belakangan ini saya perhatikan penginjilan ditinggalkan lalu urus barang yang lain selain penginjilan yang belum usai ini. Lalu kita menyalahkan orang  Maafkan saya,  saya menduga akan ada ajaran baru akan masuk di Timur (Yalimu) yang akan membiungkan Jemaat Gereja GKI TP yang sudah ada dan terbukti buahnya. Maaf saya bukan mau berdebat tapi ini hanya analisa saya, kita harus jaga Gereja dan injil sebagai Om (Nami)  baik-baik.
Karena sekarang pertahanan terakhir kita Gereja Tuhan dan Injil sebagai Om (Nami).
Jadi Injil sebagai Om (Nami) dan Gereja Tuhan yang nenek moyang kita menerima sederhana itu Gereja Tuhan dan Injil terakhir kita, yang datang dari belakang itu apa?
Kita kembali pada topik diatas Ada istilah bahwa "Muka buruk cermin dibelah,” adalah perumpamaan yang sering digunakan untuk menggambarkan kesalahan alur pikiran kita. Ketika kita tampak di cermin, wajah kita buruk, lalu cermin disalahkan dan dipecahkan. Tentu tindakan ini tidaklah benar menurut akal sehat kita. Seharusnya, nalar atau alur berpikir kita yang benar adalah jika muka kita atau wajah kita buruk, wajah kita itu yang diperbaiki, bukan cermin yang dirusak.
Ungkapan lain yang sering dikutip untuk menunjukkan kekeliruan alur berpikir dan bertindak kita adalah “Menjadi sarang tikus, rumah dibakar.” Yang benar adalah tikusnya dibasmi dan sarangnya dikeluarkan dan dibakar, bukan rumah yang dibakar.
Akibat dari alur berpikir kita yang salah, bertindak pun kita salah. Akibat dari cara berpikir kita yang keliru itu adalah kerugian yang sia-sia. Wajah tetap buruk, cermin sudah rusak dan harus mengeluarkan uang untuk membeli cermin yang baru. Tikus masih tetap hidup tetapi rumah sudah hangus terbakar sehingga harus mencari tempat tinggal lain atau membangun rumah yang baru. Cara berpikir seperti itu tidak sesuai dengan nalar yang sehat atau sering disebut tidak logis.
Dengan demikian kehidupan kita masih ada dan logika kita masih aktif dan berpikir, kita luruskan logika kita dari orang luar menganggap primitif terhadap kita waktu itu, kita luruskan logika kita pada sejarah kita, kita luruskan nalar kita terhadap Gereja sebagai dasar moral dan spritualitas kita, kita luruskan logika idealisme kita, dan kita juga dituntut untuk luruskan logika kita terhadap perkembangan teknolgi, informasi, ilmu dan glolobalisasi kita.
Sekarang ini banyak berdoa minta hikmat Tuhan untuk luruskan logika berpikir kita sesuai dengan nalar kita sebagai bagian dari iman kita.
#Catalan : Tulisan ini tanggungjawab oleh penulis bila tersinggung penulis bertanggungjawab atas tulisan ini
Oleh : Obock I Silak

Tidak ada komentar:

Teknik Pembuatan Api Tradisional

Pada 1960-an-1980-an masyarakat perkampungan lembah Yahulikma, Ubahakikma dan Sosomikma tidak memiliki akses korek api, dan masih menggunaka...