Sabtu, 08 Desember 2018

Peristiwa Kematian Karyawan Jalan Trans Wamena- Habema (Nduga) Membawa Duka Yang Dalam Bagi Keluarga Korban Penembakan.

Pandangan Pribadi Ismael R Silak Terkait Penembakan Karyawan PT Istaka Karya di Nduga
Kematian yang biasa saja kita merasa kehilangan, rasa duka, sedi, itu selalu ada sebagai mahluk manusia yang memiliki perasaan tinggi. Apalagi kamatian itu dilakukan oleh manusia lain terhadap manusia lain, rasa sakitnya ditambah dengan kemarahan yang mendalam kendali rasa kamanusiaan sebagai sulit terkendali. Hal dapat terlihat pernyataan Joko Widodo presiden republik indonesia, juga Jk wakil presiden memerintahkan kepada TNI dan POLRI Operasi besar-besaran terhadap penembak (kamis 6 Desember 2018; 18:33 WB). Hal senada juga pernyataan Wiranto menkopolhukam RI. Selanjutnya TNI & POLRI telah dikirim ke Ndugama. 
Sedangkan Letjen. Purn. J. Suryo Prabowo yang wawancarai TV ONE dibawa sorotan tema SULITNYA BASMI SEPARATIS DI PAPU. 
Letjen. Purn. J. Suryo Prabowo memberi tanggapan setiap pertanyaan TV One bahwa persoalan itu sangat kompleks dan berbeda dengan kita. Perbedaan itu yakni:
1. Cara berpikir mereka perbeda;
2. Sejarah orang asli papua perbeda
3. Asal usul orang asli papua perbeda
4. Sejarah proses integrasi/ bergabungnya Papua ke Indonesia 
5. Orang-orang asli Papua perbeda dengan kita orang Indonesia
Orang Papua menyatakan /menunjukan eksistensi membuat jalan bukan untuk orang Papua. Jalan yang bangun hanya untuk orang pendatang berkebun disini. Oleh karena itu mereka menolak pembangunan. Yang kena peristiwa Nduga ini orang Indonesia maka reaksi pimpinan negara RI cepat memerintahkan aparat TNI & POLRI.
Jika seandanya Indonesia membantai dan melakukan kekerasan terhadap aparat militer reaksinya hanya terbatas bahkan sampai terjadi pembiaran.
Kematian orang asli Papua selama 55 tahun lebih merupakan kesedihan dan luka yang mendalam terharap kematian, kekerasan yang menerima nasib dan menatap kesedihan serta tangisan air mata. Kekelihaan terancam punahnya masa depan orang asli Papua ini sangat dirasakan orang asli terhadap banjir migran Indonesia yang di kawal oleh militer Indonesia.
Apalagi pembangunan infrastruktur dilihat sebagai bentuk operasi militer dengan bentuk yang lain. Karena terbukti bahwa pembangunan di Papua bukan untuk orang asli Papua. Semua pembangunan di Papua ini dilakukan untuk orang Indonesia terutama migrasi yang datang tinggal di Papua.
Orang menerima kematian dan kekeran pembangunan dalam hal yang dilakukan oleh aparat militer Indonesia.
Oleh Ismael R Silak
Holandia 07 Desember 2018

Tidak ada komentar:

Teknik Pembuatan Api Tradisional

Pada 1960-an-1980-an masyarakat perkampungan lembah Yahulikma, Ubahakikma dan Sosomikma tidak memiliki akses korek api, dan masih menggunaka...