Minggu, 10 Juli 2022

Lawan Anggapan

Sering mendengar pandangan seksis sekitar orang-orang sekampung, anggapan mereka dengan ungkapan bahwa setinggi-tingginya perempuan sekolah, tetap saja berkubang di dapur.

Pandangan ini menurut kami sikap superioritas (egois) laki-laki terhadap perempuan, membuat masa depan nasib dan karir kaum perempuan dalam dunia pendidikan, organisasi, dan kehidupan bermasyarakat sangat dipengaruhi. Mereka gelisah, rendah diri, merasa minder, merasa masa depan yang belum pasti. Kaum laki-laki memandang perempuan sebagai pangsa yang lemah, mereka merasa hanya laki-laki lebih superior atas dirinya dari pada mengabaikan perempuan. 

Pandangan itu dipengaruhi dengan perspektif "Laki-laki cocok menjadi pemimpin karena bisa berpikir logis dan rasional. Sementara itu, perempuan tidak cocok menjadi pemimpin karena mendahulukan emosi daripada logika."

Terlepas dari masalah dalam dunia pendidikan dan kehidupan dalam bermasyarakat, kami melihat pandangan itu berpengaruh juga pada kepemimpinan laki-laki dalam masalah di dunia bidang organisasi tertentu. Didalam tulisan ini tidak ada terselip dengan maksud tertentu dalam perkembangan salah satu organisasi akan tetapi sebatas pandangan untuk umum dalam perkembangan organisasi saat ini.

ketika perempuan bergabung dalam organisasi tertentu tidak lain yang hanya ingin belajar. Hanya keegoisan kaum laki-laki mematahkan semangat atas hak-hak kaum perempuan. Tetapi juga laki-laki sebagai panitia penerimaan anggota baru atau senior dalam organisasi tertentu memandang mereka dengan pandangan seksis dan menganggap akan dijadikan sebagai pacar dalam organisasi, sesudah pacar membatasi pacarnya untuk terlibat berorganisasi, dengan alasan orang dalam organisasi melirik. Sehingga perempuan tidak percaya diri, merasa minder, muncul perasaan bimbang, merasa pangsa yang lemah, dan tidak berdaya, maka hilanglah keingintahuan tentang pengetahuan baru, semangat, belajar, berkarir, berorganisasi, dlsb. 

Di lain sisi organisasi tertentu bisa mengalami kevakuman dalam kepemimpinan akibat pandangan seksis itu, diantara sesama laki-laki bisa saling tidak baku suka dengan perasaan melirik orang lain itu, hanya karena memandang perempuan baru bergabung ingin belajar organisasi tertentu tadi dari perspektif perebutan perasaan soal rasa baku suka membuat kehancuran organisasi tertentu. Contoh kasus tidak disertakan dalam tulisan ini sebagai bentuk penghormatan manusia layaknya dan bagian dari pada masalah privasi seseorang itu sendiri.

Untuk melawan pandangan yang menindas kaum perempuan itu sekaligus memberikan saran bahwa! 

Diperjelas juga posisi kami sebenarnya bukan penggiat feminis, seksis, kesetaraan jenis-kelamin, atau bukan karena seorang yang bebas dari anti patriarki, pacaran dan kawin dalam kehidupan sehari-hari. Melainkan merasa terbeban atas anggapan seksis orang-orang sekampung kami, itu sebagai bentuk bertanggungjawaban moral sebagai sesama manusia tanpa memandang jenis-kelamin bahwa :

Kami hanya bermimpi, akan ada perempuan-perempuan yang telah terdidik, berwawasan luas secara global, pemikiran maju, berpikir kritis, yang telah menguasai inovasi dan teknologi tinggi, mereka suatu saat perempuan handal itu akan bangkit di segala bidang dari tengah-tengah pengalaman ketertindasan realitas kehidupan mereka. Pengalaman mereka itu akan menjadi pengetahuan. Dan mereka akan melawan balik para penindas itu, Dengan perlengkapan senjata dan peluru mereka. 

Senjata : Fiksi dan Non-Fiksi, Buku, jurnal, novel, cerpen, majalah, koran, dlsb. 
Peluru : patriarki, seksisme, feminisme, kesetaraan gender, dlsb. 

Tulisan Tidak Sempurna Ini. 
Semoga Menjadi Berkat! 
"Bagi Mereka Yang Haus Akan Pengetahuan Dan Rasa Ingin Tahu Yang Tinggi".

Tidak ada komentar:

Teknik Pembuatan Api Tradisional

Pada 1960-an-1980-an masyarakat perkampungan lembah Yahulikma, Ubahakikma dan Sosomikma tidak memiliki akses korek api, dan masih menggunaka...