Senin, 25 Juli 2022

Apakah Socrates Mengajak Kita Berpikir Tingkat Tinggi, DenganTeori Tingkat Tinggi?

Bukan karena soal saya egois jadi, saya tulis di media sosial Facebook ini. Tapi kutipan Nare, Soleman Itlay dibawah ini menurut saya, sangat bernyawa dan hidup selama-lamanya,
"Kalau kita mengorganisir kritik tulisan lewat buku saja, sementara kondisi tertentu tidak mendukung, maka ide dan gagasan kita bisa basi. Beruntung kalau sang kritikus tulisan berumur panjang dan bisa menghasilkan buku. Lalu bagaimana jika ia sakit, dan meninggal dunia? Kasihan dia, sebab dia membawa ide dan gagasan di alam baka. Dan kita juga akan rugi untuk merasakan manfaat pikirannya". 

 Karena itu menurutnya ini, saya pikir mengingatkan kita, untuk menulis di media sosial Facebook itu, juga bagian dari karya seseorang selama penulis memenuhi syarat kaidah-kaidah dan unsur-unsur ilmah, sistematis, terstruktur, terorganisir di Zaman generasi Z perkembangan teknologi dan informasi. Karena hari ini masih banyak orang berinteraksi di media sosial Facebook, whatsapp, instagram, twitter. 
 
Saya kutip juga seorang penulis ternama mengingatkan kita hal yang sama dibawah ini. 

*_"Menulis adalah sebuah kebutuhan agar otak kita tidak dipenuhi oleh feses pemikiran. Maka, menulislah. Entah itu di buku tulis, daun lontar, prasasti, atau bahkan media sosial Facebook, Whatsapp, Instagram, Twitter, menulislah terus tanpa peduli karyamu akan dihargai oleh siapa dan senilai berapa_". - Fiersa Besari-.*

Jadi saya pikir, Dengan hadirnya buku Socrates itu, bikin kita satu Papua ini memulai untuk berpikir dari tingkat mistis, teologis, logis, hingga sampai pada berpikir tingkat tinggi dialektika menurut Karl Marx & Hegelian, kalau dengan begitu, bagaimana Gerakan Literasi Papua kita saatnya dimulai?

Tidak ada komentar:

Teknik Pembuatan Api Tradisional

Pada 1960-an-1980-an masyarakat perkampungan lembah Yahulikma, Ubahakikma dan Sosomikma tidak memiliki akses korek api, dan masih menggunaka...