Pendahuluan
Kapitalisme
atau capital merupakan suatu ajaran atau paham yang meyakini bahwa pemilik
modal dapat melakukan usahanya demi meraih keuntungan sebesar-besarnya dimana
pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar.
Menurut
Dudley Dillard, kapitalisme adalah
hubungan-hubungan di antara pemilik
pribadi atas alat-alat produksi yang bersifat nonpribadi (tanah,
tambang, instalasi industry dan sebagainya, yang secara keseluruhan disebut
modal atau capital) dengan para pekerja yang walaupun bebas namun tak punya
modal yang menjual jasa tenaga kerjanya kepada para majikan atau kaum proletar.
System
kapitalisme sepenuhnya memihak dan menguntungkan pihak-pihak pribadi kaum
bisnis atau kaum borjuis, swasta. Dengan seluruh keputusan yang menyangkut bidang produk baik
itu alam dan tenaga kerja tetap dikendalikan oleh pemilik dan diarahkan demi
mendapatkan keuntungan dalam jumlah yang besar.
Secara
sosiologis paham kapitalisme berawal dari perjuangan terhadap kaum feodal salah
satu tokoh yang terkenal Max Weber dalam karyanya “The Protestan Etic of Spirrit Capitalism” mengatakan bahwa
kemunculan kapitalisme erat sekali dengan semangat religious terutama kaum
protestan.
Pendapat Max Weber ini didukung Marthin
Luther King yang menyebutkan bahwa melalui perbuatan dan karya yang lebih
baik manusia dapat menyelamatkan diri
dari kutukan abadi.
Benjamin Franklin dengan motonya yang
sangat terkenal: “Time is Money’,
yang artinya bahwa manusia hidup untuk bekerja keras dan memupuk kekayaan
sebanyak-banyaknya.
Definisi Kapitalisme
Tentu kawan–kawan sudah tahu betul apa itu sistem iblis
kapitalisme, buatan london, dengan tidak mengotakan warna kulit. Ia, mari kita sama-sama mendefinisikan ulang hakiki
kapitalisme yang sejauh ini ia berhasil membuat kita ogah berpikir tentangnya
sekaligus seolah memberi rasa aman bagi kebanyakan umat manusia.
Kapitalisme adalah juga sebuah sistem global jahat yang
diaktori segelintir orang pemilik modal besar dan juga elit glogal. Ia tidak sukar membayangkannya.
Perumpamaannya seperti ini, ada uang abang sayang, tak ada uang abang melayang.
Ia kemudian membentuk lingkaran setan yang rapat sehingga
orang–orang di dalamnya sulit keluar karena seolah dimanjakan, padahal diperbudak segelintir orang pemilik modal elit global.
Ia melegitimasi penghisapan manusia atas manusia lain karena
hanya cara tersebut yang ampuh mempertahankan eksistensinya.
Ia pintar, cerdas, tapi satu hal yang dapat menghancurkannya,
ia licik dan culas.
Kepintarannya dapat dilihat dari bagaimana ia berperan
sebagai tuhan ketika hamba mengemis, meminta kepadanya karena tidak tahu lagi
harus berbuat apa.
Ya, mari kita masuk dalam lingkup ekonomi kapitalisme.
Kasarnya seperti ini, daripada dapur kosong, tidak berasap, akhirnya hamba
menuhankannya sembari bersabar dan berharap hari esok jauh lebih baik, padahal
itu semua nihil jikalau kawan–kawan tidak frontal melawannya.
Kelicikan
Humanisme Kapitalisme
Lebih jauh, konsep ekonomi tersebut melahirkan kelas–kelas
sosial dalam masyarakat atau pengotakan status manusia. Dikotomi si kaya dan si
miskin adalah manifestasinya.
Tidak berhenti di sini. Ironis ketika percabangan tersebut
tidak lagi berperikemanusiaan. Yang kaya semakin merajalela, yang miskin
semakin menjerit. “Ibarat Judul Lagu Black Brother Hari Kiamat”.
Kawan–kawan tahu bahwa idealnya kondisi tersebut dapat
memunculkan kedermawanan. Ingat ! Pilantropis murni tanpa embel-embel bukanlah
seorang kapitalis, walaupun kebanyakan orang menganggap mereka kapitalis. Ia
tahu betul ketidakseimbangan ajaran kapitalisme dan kemudian memilih menjadi
pilantropis.
Ia-kapitalisme melegalkan penghisapan yang dilakukan si kaya
atas si miskin, baca perbudakan,. Sungguh sempit humanisme yang
diartikulasikan kapitalisme. Bahkan perbudakan tersebut seolah dikondisikan
terjadi dan bersifat tidak memaksa. Mengapa hal ini bisa terjadi,
Kenyamanan semu perbudakan dalam lingkaran setan dapat
menjadi sebuah jawaban.
Oleh karena itu, marilah sama-sama matangkan idealisme untuk
keluar dari lingkaran tersebut walaupun terasa berat, lebih khusus bagi
kapitalis muda mapan yang sudah merasa nyaman.
Kapitalisasi
Pendidikan
Kapitalisme tidak segan–segan
melebarkan sayap di dunia pendidikan, tentu dengan idealismenya bahwa kepemilikan
modal elit global adalah segalanya.
Ia berhasil mendisfungsikan esensi pendidikan, mensubstitusi
ruang kelas menjadi sebuah perusahaan.
Bagaimana tidak, Kawan-kawan dapat melihat kondisi
saat ini, yang bersekolah bahkan berkuliah hanya yang mampu membayar,
bagaimana dengan yang ingin sekolah dan kuliah tetapi tidak mampu membayar, Kenyataan di lapangan, mereka tidak
dapat menikmati bahkan sekedar untuk mencicipi suasana ruang kelas.
Ya, itu tadi sekelumit tentang pra-ruang kelas. Sekarang
bagaimana dengan yang sedang menikmati ruang kelas.
Aura intelektualisme pun didistorsi menjadi sebuah rutinitas
formalitas berbuah kemalasan kontinu. Memang hal tersebut merupakan pilihan
masing-masing individu. Tetapi penting diingat, Jikalau ruang kelas masih dipenuhi
perasaan dan aktivitas yang salah, adalah mimpi di siang bolong melahirkan
individu-individu berkualitas unggul. Akhirnya, peserta didik hanya mencari
nilai tetapi tidak lagi memikirkan, memanifestasikan apalagi mensyukuri arti
sebuah proses.
Lanjut dengan pascaruang kelas. Alhasil, lulusan ruang kelas pencari
nilai akhir akan berpenyakit mental bahkan cenderung amoral. Di kemudian hari
mereka enggan berpikir dan berusaha. Pragmatisme sempit akan melekat di
masing-masing individu dengan meniadakan nilai-nilai murni yang dianugrahi di
dalam diri. Korupsi adalah salah satu contoh sederhana.
Sungguh, hal-hal tersebut yang diinginkan kapitalisme.
Sebuah bahan perenungan perihal agenda busuk kapitalisme.
Oleh : Obock
I Silak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar